Minggu, 01 November 2009

Catatan sore ini

Angin yang bercampur garam dan aroma amis, ciri khas udara kawasan tepi laut menari berkejaran melewati sela2 batang dan daun2 pagar hunian yg setengah terpelihara, jemuran menggantung belum lagi kering karena lembab yang dengan angkuhnya menghalang-halangi butiran2 air yg terjebak diserat2 katun, menghasut mereka agar tidak usah terbang ke langit tuk sekedar mampir ke pelataran cahaya, walaupun mereka telah yakin karena mungkin cerita2 leluhur mereka bahwa tdk sampai sekejapan mata mungkin mereka telah sirna, terurai sampai mereka tak mengenali diri sendiri, menunggu sang alam menyatukan mereka kembali kerupa yang sama, walau dgn bagian2 tubuh mereka yg mungkin mereka tidak mengenalinya, namun pasti mereka yakin dan percaya, bagian dari mereka yg lain pun akan mengalami hal yang sama, sang alam telah mengatur sedemikian rupa agar keseimbangan selalu menjadi nyata.
Kelembaban akhirnya menyerah oleh aroganya sinar surya yg dgn angkuhnya memberi perintah agar mereka semua menghampirinya, walaupun mereka tahu itu sama saja bunuh diri, tapi mereka tau diri, dgn kematian mereka mungkin kan berguna bagi yang lainnya, alangkah sombongnya aku tak bisa menyimak ini semua, pengorbanan yg mungkin tidak berharga namun menjadi suatu penyelamat yg luar biasa, bukan kecil ternyata yg menjadi ukuran dalam menyerahkan segenap dari kita, namun lihatlah tanpa mengeluh sedikitpun mereka melakukanya, ya, hanya ikhlas yg dapat menundukan wajah sang Pencipta tuk memberikan senyumannya yg membuat semua mayat pun bergembira, hanya ikhlas yang merubah aroma iri dan lezatnya dengki menjadi sebuah masakan yang mengenyangkan bagi hati yang lapar setelah sekian lama teracuni oleh andai2 keji.
Kali ini angin ikut tersenyum kepadaku, karena ia mengetahui aku tau akan perjumpaanya td walau sesaat dgn sang air, mungkin ia merasa malu kuperhatikan, terlihat dari rona pipinya yang memerah, dan caranya menggodaku dgn menyentuh bahkan sekali kali memeluk seluruh permukaan tubuhku, genit kau angin, ku berkata, namun ia malah tambah bersemangat memberikan kesejukan yg luar biasa, hahahaha matahari yg merasa iri, hanya bisa memiringkan bibirnya, waktuku tak tersisa banyak katanya, biarlah sebagìan orang mencibirku, namun kan masih banyak yang mendewakanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar