Jumat, 13 November 2009

Baju kuning part 4 (sabtu malam yang indah)

Kenangan indah sabtu malam yang masih saja terbayang-bayang, sebuah awal dari liku perjalanan yang sangat panjang. Dengan di dampingi dua orang bidadari, tiba juga ku dikeramaian itu, lautan manusia, tempat para muda ceria, berasang-pasangan, saling bergandengan tangan.
Kubertanya, "akan kemana kita?", "gimana kalau kita makan saja dulu?", temanku berkata, akhirnya kucari tempat makan yang tepat, namun semua penuh sesak, beputar-putar diantara barang dagangan kaki lima, ada pakaian, mulai pakaian balita sampai lansia, dari pakaian dalam sampai pakaian luar angkasa, berbagai perlengkapan rumah, mulai lemari, rak buku sampai jendela, segala kebutuhan manusia hampir semua tersedia. Aroma parfum dan peluh menjadi satu, berbagai bau masakan ciri khas dari berbagai daerah, menambah semangatku tuk segera menemukan tempat yang tepat agar makhluk dalam perutku dapat tersenyum senang. Kutemukan juga kursi kosong yang memungkinkan kami bertiga dapat menikmati berbagai jajanan yg ada, dari pada bingung kuputuskan tuk memesan bakso saja, dan yang lainpun sama, berbincang tentang berbagai keadaan, tak terasa semangkuk bakso hampir kosong, menyisakan sedikit kuah berwarna merah kecoklatan dan remah-remah dari berbagai bumbu dan mie kuning. Dilanjutkan dengan menikmati minuman yang menyegarkan, jus alpukat dingin, terlihat dari embun yang mulai berjatuhan ditiap sìsi gelas, berwarna hijau muda dan dihiasi warna putih memanjang yang ternyata susu kental yang sengaja dicampurkan, rasanya? tak usah ditanya, sungguh menyegarkan, entah apa memang karena rasa aslinya, atau karena rasa hatiku yang juga sedang girang, ternyata beginilah rasanya kencan, pantasan banyak orang rela berdesakan demi mendapatkan suasana itu, suasana yang nyaman saat cinta tidak lagi dapat disembunyikan.
Setelah semua merasa puas dengan apa yang disantap, kamipun segera beranjak, berniat sekedar melihat-lihat, kami masuk ke dalam plaza yang tepat disamping kumpulan para pedagang kaki lima yang semakin ramai, ternyata di dalam juga tak kalah ramai, promotion boy berteriak-teriak kearah mix yang dipegangnya, dengan bantuan sound system yang tertata apik, seluruh lantai, mulai dari basement hingga lantai 4 dapat mendengar suaranya, lantang ia berbicara tentang berbagai harga yang dijual murah, diskon besar-besaran apakah memang benar atau cuma tipuan, tapi yang pasti makin banyak orang yang berdatangan menyerbu rak-rak pakaian yang memang telah disediakan. Sempat tertarik dengan tawaran yang ada, namun jadi teringat uang yang tersisa, tak banyak memang ku membawa, maklum tuk memenuhi kebutuhan keluarga, dalam hati berkata, "semoga ke dua bidadari ini tidak banyak meminta". Hampir menunjukan pukul duapuluh satu, ketika angkot terakhir yang kami naiki melaju, didaerahku, angkot memang dibatasi jam operasinya hingga jam sembilan malam, dan akan digantikan oleh ojek motor dan sepeda, tak ketinggalan kadang tukang becak menanti saat itu tiba, berebut mencari penumpang yang tak kebagian angkot yang telah menghilang, harus rela membayar lebih mahal beberapa ribu tuk bisa pulang.
Kuantarkan pulang temannya yang perempuan, dan setelahnya kuantarkan dia pulang, seakan tak ingin waktu tetap berjalan, agar selamanya getaran itu kunikmati, saat berjalan berdua dengannya sungguh tak bisa ku lukiskan, mungkin hanya akan ada gambar kosong yang terpampang, saat itu tiba, ku harus rela ia sendiri menuju rumahnya, ku belum di ijinkan mampir walau hanya sekejap, entah karena malu atau belum siap, ya sudahlah, ku hanya bisa memandang rambut panjangnya dari ujung gang, yang semakìn lama menghilang tertelan gelap remang lampu pelataran, kumendesah sendiri, menyisakan sedikit senyuman yang kunikmati mengiringi ku kembali ke rumahku, akankah ada perjumpaan lagi? bagai telah terkena zat addictive yang membuat aku ketagihan, ternyata rasa ini lebih kuat dari sekedar morfin dan obat penenang, aku benar-benar sakaw, untung saja tak pake meriang, hanya malam itu kulewati dengan mata yang tak mau terpejam, makin kupaksakan makin ia melawan, hanya kembali menimbulkan bayangan2 kejadian tadi bagai film yang diputar ulang, terus dan terus mengisi ruang diantara kesadaran dan khayal, ku sendiri tak tahu mulai kapan ku terlelap, tidur penuh senyum dan sedikit nyelangap.
Minggu pagi ku terbangun, berkata dalam hati, "semalam ku bermimpi nyata sekali" tanpa sebenarnya kutahu bahwa semua itu memang terjadi, lama ku termenung mencoba mengingat kembali, tersadar, cengar-cengir sendiri, sementara belek dan iler yang menempel dipipi terasa wangi kala kucium sendiri, dasar orang yang sedang mabuk kadang bertingkah aneh, lupa diri bahkan tak perduli dgn keadaan sekitar.
Itulah awal kisah cintaku, cinta yang kunikmati sampai hari ini, cinta yang mengiasi hari-hari bagai mimpi indah, walau kadang ada saja prahara, namun semua itu merupakan titian tangga menuju dewasa. Pertama dan terakhir, secara tekhnis ku mempunyai pacar, 5 tahun merupakan suatu masa yang lumayan panjang, 5 tahun tantangan menguji kesetiaan, 2 tahun benar-benar dekat, 3 tahun ku harus merantau ke sebrang pulau sana, namun jodoh sudah ditetapkan, kita hanya berusaha dan menjalankan, apa2 yang telah digariskan.
Sebuah awal kehidupan indah bersama cintaku telah ku ceritakan, banyak lagi sebenarnya yang bisa ku kisahkan, namun berliku dan panjang, nampaknya akan ada judul tersendiri dari kisah cintaku yang seru, terpisah dari cerita baju kuning ini, sengaja aku sedikit membawa cintaku disini, karena ia mempunyai pengaruh penting dalam karir pekerjaanku, ia salah satu motivasi dan semangat besarku dalam beribadah mencari berkah rizki yang melimpah. Di part berikutnya akan ku ceritakan, kisah awal ku memasuki dunia tambang, seru, tegang ada juga yang mengharukan, ok see u at next episode...

to be continued....

131109 1913 sl@m

See more stories at, www.slam201080.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar