Selasa, 16 Maret 2010

Baju hijau part 9 (sebuah perjalanan)

Hari yang dinanti akhirnya tiba juga, pagi itu matahari seolah menyambut mereka dgn sinarnya, membakar semangat ditiap relung jiwa, semangat yg terpaksa hadir, akibat keadaan yg tidak bisa diubah lagi. Kadang ketika seseorang yakin dgn semangatnya yg menggebu, ia akan terperangkap di sebuah tempat yg membutuhkan lebih banyak lagi pengorbanan dari kehidupannya, intinya, bahwa keadaan yg bagaimanapun yg ingin kita raih, akan terasa kurang, kala kita telah berada di titiknya, dan akan terus terulang bagai sebuah garis lingkar yg tidak berkeputusan, dan kita tidak menyadarinya, bahwa kita tidak akan merasa pernah puas dgn apapun yg kita terima, karena hidup memang memerlukannya, tanpa nafsu dan ambisi, bumi ini akan kering dan tak menarik lagi, namun dgn itu pula nanti bumi akan berhenti berotasi, who knows?...
Jadwal kegiatan telah jelas di informasikan, pagi itu, selesai melaksanakan apel, seluruh peserta diminta untuk mengumpulkan semua barang2 yg akan ditinggal, dan hanya membawa yg benar2 diperlukan saja, seperti obat2an dsb, karena segala kebutuhan hidup selama masa pelatihan, telah dipersiapkan oleh pihak pusdikpassus.
Yanto memastikan kembali barang2 yg akan dibawanya, dan semua yg diperlukannya dimasukan ke dalam plastik sisa belanja di alfa, ia pun menitipkan kepada temannya yg membawa tas, jadi 1 tas untuk 3 orang, lebih hemat tempat. Setelah yakin semua beres, yanto berkumpul kembali ke lapangan apel dgn membawa tas nya yg akan ditinggalkan, lumayan memakan waktu sampai semuanya berkumpul dan kembali di bentuk barisan, kali ini menurut asal jobsite. Tersenyum sendiri ia kala melihat kenyataan jobsite asalnya hanya mengirimkan 3 orang saja, benar2 orang2 yg menyedihkan pikirnya dalam hati. Selain tas yg dikumpulkan, mereka juga harus rela sarana komunikasi yg mereka punya jg harus disita, tanpa mau mengambil resiko, yanto terpaksa ikut mengumpulkan hp nya, setelah sebelumnya ia melepas baterainya dan menempatkannya disebuah wadah bersama dgn dua temannya sesuai dgn asal jobsite, agar nanti lebih mudah saat pengambilannya.
Memberi pengertian kepada dirinya sendiri, bahwa kesanggupan terpisahkan dari dunianya nanti adalah lebih dari sekedar cobaan hidup, namun juga merupakan sebuah pembuktian dari ketegaran seorang laki2, yg ingin menunjukan bahwa iapun bisa menjalani semua, tanpa hambatan yg berarti, sebuah ego yg lebih dipengaruhi oleh hormon testosteron, yang biasanya ingin selalu lebih unggul dari lawan jenisnya.
"oke, semua telah rapih, kini hanya tinggal menunggu keberangkatan". Memakai baju yg tak pernah diganti selama beberapa hari ini, karena memang hanya diberi 1 pasang saja, sebuah kaos kuning dan strip biru, juga sebuah celana kaos training berwarna biru tua, sepatu capung putih sebagai pelengkapnya. Rencananya pukul 1 siang nanti mereka diberangkatkan dgn 5 buah bis big bird, cukup mewah memang, namun tetap saja tidak menyenangkan, seolah mengendarai kereta kencana emas dgn tujuan neraka, sebuah parodi sesungguhnya, saat melihat sesuatu dari sudut pandang perasaan yg berbeda, maka yg ditampilkan akan jauh dari semestinya yg akan ditangkap oleh panca indera.
Diatur menurut nomor barak, yanto bergegas mencari tempat duduk di dalam bis nomor 2, melihat posisi mana yg paling nyaman, ia memilih kursi pojok kiri nomor 2 dari belakang. Mengarahkan udara dingin dari atas kepalanya, untuk sejenak mendinginkan tubuh yg mulai kepanasan, terpapar terik diluar sana, pandangan yanto menerawang, menembus unit2 alat2 berat, yg telah uzur diluar sana, dalam lamunannya ia berusaha mencari jalan pulang, namun selalu tersesat seolah tidak diperbolehkan sementara untuk menjenguk keluarganya, walaupun itu hanya sebatas pikiran. Ia pun memilih berbincang dgn teman disampingnya, dan sedikit bergurau tuk sekedar menghilangkan ketegangan yg tercipta. Satu persatu mereka memasukì bisnya masing2, masih menunggu beberapa orang lagi yg belum selesai shalat dzuhur.
Ketika roda itu mulai berputar, yanto memastikan kesadarannya betul2 bersamanya, agar sinkron antara hati dan pikiran, kini ia yakin telah siap dan mengawalinya dgn doa, seiring bis itu mulai merayap, menuju kawah candradimuka. Perlahan namun pasti 3 jam perjalanan yg melelahkan itu akan berakhir disebuah tempat yg ia sendiri belum pernah membayangkannya, saat yg lainnya dapat tertidur kala mereka mulai memasuki tol cikampek, ia pun berusaha untuk terpejam, agar sedikit bisa membuat rileks tubuhnya. Jalan yg sering dilewatinya, untuk pulang kerumahnya dì daerah karawang, ia berkhayal, sang sopir membelokkan arah bisnya ke pintu keluar tol kerawang barat, tuk sekedar mampir kerumahnya, namun ia pun terpaksa kecewa, karena ternyata bis terus berjalan lurus menembus udara kering siang itu menuju bandung.
Jalan mulai berliku-liku dan penuh dgn tanjakan, memastikan bahwa mereka menuju area pegunungan, sebuah dataran tinggi di jawa barat. Langit mulai diselimuti awan mendung, walau jalan masìh kering, namun bau hujan jelas mulai tercium.
Pemandangan yg mulai nampak indah, berbagai kawasan perbukitan yg diselingi oleh areal persawahan, rapi tersusun dari atas kebawah, terasering, tekhnik pengairan yg sempurna untuk daerah seperti ini. Sesekali ia melihat jembatan rel kereta, sebuah konstruksi kuno yg mulai usang, nampaknya telah lelah menyangga besi bergandengan yg merayap diatasnya, tiap beberapa jam sekali. Berbeda mungkin perasaan yg dialami andai kondisinya berlainan sama sekali, mungkin ia akan menyanyikan lagu2 gembira disepanjang jalan, mengiringi indahnya pemandangan sekitar, bagai tamasya yang terkenang kembali dimasa kanak2nya, riang penuh tawa dan canda seolah tanpa beban yg tersandang. Tersenyum miris ia mengenang semua, ternyata menjadi seorang dewasa tidaklah mudah, namun bukan berti susah. Kini ia mulai mengetahui, mengapa kerutan pada wajah orang tuanya mulai bermunculan, sebuah pembuktian dari tubuh yg telah melewati berbagai macam berat kehidupan, sebuah cap kelulusan masih bisa bertahan, dari godaan yg menghadang.
Perjalanan ini seolah memberi kesadaran baru dalam dirinya, seperti kehidupan, harus tetap bergerak dan bertahan, tak bisa berdiam diri menerima perubahan tanpa kita mengikutinya, akan tertinggal jauh dan tersisih jika sedikit saja kita terlambat, menyadari semuanya tampak berbeda dari dirinya. Mungkin kini ia dianugerahi sebuah kerutan baru diwajahnya, seperti orang tuanya, sebuah cap kelulusan dari ujian sebelumnya, dan akan menanti ujian berikutnya, yg sesungguhnya telah disekenariokan dan berada dalam levelnya untuk dapat dilewati, sulit namun bukan berarti tidak bisa, sesuai kadar kualitas dari pribadi masing2 orang, berbeda tergantung tingkat pemahaman dan kedewasaan, ujian yg sama akan menghasilkan hal yg berbeda tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.
Sekitar 6km lagi selepas tol, daerah batujajar bandung, sebuah kawasan yg menjanjikan kualitas, bagi para lulusannya, kawasan yg sudah melegenda, mencetak para prajurit yg membanggakan, apakah pantas seorang pecundang berada disana..? apakah tidak membuang biaya saja dgn mengirimkan mereka? apakah sesuai nanti apa yg di harapkan? apakah tak sia2 semua waktu yg diberikan?. Keraguan demi keraguan semakin membuat pening kepala, semakin dekat semakin tak karuan, terjebak dalam kotak yg berjalan tanpa dapat dihentikan, ingin berontak, malah tenggelam dalam ketegangan.
"Kalau ragu, kembali sekarang juga." sebuah tulisan yg cukup besar, terbaca oleh sebagian besar dari para peserta, sebagai penanda di sebuah papan baliho, bahwa tempat yg dituju tinggal 1km lagi. Aura militer mulai terasa sekarang, saat aliran darah mengalir semakin kencang, mampukah bertahan?
Akhirnya tiba juga ditempat yg dituju, pusdikpassus batujajar bandung. Beberapa anggotanya yg memakai baret merah, menghalangi arus lalu lintas dari arah depan, memberi kesempatan untuk iring2an bis membelok ke kanan, memasuki kawasan tempat pelatihan. Wajah2 bengis itu, tanpa senyuman dan pandangan yg tajam, siap menyambut mereka dgn berbagai teriakan perintah dan makian, semakin memerah wajah yanto saat mempersiapkan dirinya untuk turun dar bis.
Sore yg sejuk, namun tidak menyejukkan, alam yg indah, namun terhalang rapat barisan seragam loreng itu, seolah memberi isyarat, bahwa tidak ada waktu untuk menikmatinya. Sebuah awal yg sangat berkesan, sabtu sore yg tak kan terlupakan, sebuah penyambutan yg dipenuhi oleh teriakan dan bentakan, menyiutkan nyali tiap2 hati. Namun masih ada kekuatan itu, yang membuat ia mampu bertahan, tuk sekedar menghadapi berbagai muka garang itu, masalahnya, dapatkah ia menyadarinya, bahwa ia masìh memiliki tekad itu, semoga.
Bersambung....
160310 2316
By, ςL∂m™

Baju hijau part 8 (sesaat sebelum keberangkatan)

Langit mendung, sesekali gerimis datang disaat yang menurut sebagian orang sangat tepat, karena tak jarang ketika gerimis datang mereka tertawa riang, terbebas dari segala rutinitas dan dapat menghemat energi dalam tubuh, yang memang harus sangat efektif dalam penggunaannya. Gerimis pula yang membuat sebagian yang lain merasa resah, karena tertunda lagi segala sesuatu yang telah direncanakan dgn matang jauh2 hari sebelumnya. Tak heran jika saat gerimis datang ada yg tersenyum, ada pula yg cemberut. Kadang terlihat lucu perbedaan yang ada, begitu nyata tak bisa dipisahkan karena memang sudah menjadi kesatuan, sebuah pertentangan yg membuat bumi ini berputar dinamis, sebuah kejadian yang berefek kebalikan, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya, kadang kita dapat mengatur harus tertawa gembira atau menangis bersedih, kala hal2 yg terjadi dalam hidup kita begitu dahsyat mempengaruhi emosi kita. Kadang kita juga tak mau tahu dan berusaha melupakan yg terjadi yg tidak sesuai dgn yg kita inginkan, walaupun sebenarnya kita tidak tahu bahwasannya hal itulah yang nantinya merubah diri kita menjadi lebih baik, yah itupun kalau kita mau jadi baik.
Semua tersenyum senang, berlarian kembali ke kamar dan barak masing2, karena tak jadi binsik siang, karena hujan datang, kejadian yg sama juga terjadi di pagi harinya, sehingga keberkahan ini dinikmati bersama2. Berkumpul di dalam kamar masing2, menikmati suasana yg ada, udara sejuk yang tercipta dari hembusan angin yang melewati butir2 air yang berjatuhan dari langit kelabu.
Entah harus disikapi dgn senyum atau apa, yanto berpikìr dalam hati, seharusnya banyak kegiatan yg bisa dilakukan, agar tubuhnya lebih siap menghadapi kondisi yg belum diketahuinya, apakah berat latihan bersama para pasukan elit itu. Namun ia masih harus menerima kenyataan, bahwa tangannya dalam kondisi yg begitu lemahnya, akibat ketegangan yg luar biasa dari otot2 yang tidak terbiasa lagi dibebani. Setelah apel pertama malam itu, semua peserta melakukan push up sebanyak 40X, saat itu yanto masih mampu melakukannya, namun ternyata hal tersebut membuat jaringan2 itu koyak, dan cedera, seperti tak bertenaga, untuk melakukan push up 5x saja sekarang rasanya mustahil. Sambil meringis kesakitan, yanto menyudahi latihan yg ia lakukan sendiri dalam kamar, tak percaya, dan berharap ini segera berakhir, bagaimana ia menghadapi berbagai latihan fisik yang semakin berat nantinya, kalau ternyata tangannya menyerah dan merasa kalah, walau semangat telah mendorongnya serta, namun masih belum mampu merubah keadaan yg nyata.
Kesal terhadap diri sendiri, mengapa sebelumnya ia tak melatih diri, jauh2 hari sebelum semua ini terjadi, sebuah kepercayaan diri yg teramat tinggi, mengira tubuhnya masih seperkasa dulu, ketika masih belia, sekuat2nya orang, tanpa latihan akan menjadi seorang pecundang, dan seperti itulah ia sekarang. Terkenang saat dulu ia mampu mengangkat beban bench press 40kg, tidur terlentang, mengangkat barbel di atas dadanya, masih mampu dgn 10x repetisi, ketika masih begitu bugar ia merasa dapat mencapai puncak kekuatannya. Tapi itu dulu, setelah mutasi ke jakarta, ia tak pernah latihan fitness lagi, dulu di freeport, fasilitasnya begitu lengkap, kini ia tak pernah latihan lagi, otot2 yg sudah terbentukpun menyusut kembali, mungkin memang karena ia tak memerlukanya lagi, sebuah keadaan yg membuat orang lbh percaya diri, mempunyai tubuh yang atletis dgn six packnya.
Kenanganya seketika buyar oleh denyut2 pada otot lengannya, ia pun mengolesnya dgn balsem otot, walaupun tidak menyembuhkan, namun setidaknya memberi kenyamanan sesaat. Mengurut sendiri, bagian2 yg terasa sakit dan pegal, tak mampu mengatasi semua, akhirnya hanya bisa pasrah, menunggu tubuhnya menyembuhkan dirinya sendìri.
Rintik hujan masih tersisa sedikit demi sedikit, menyisakan genangan dan tanah yg becek. Bukan tak ada kegiatan sebenarnya, namun lebih karena kekurangan pembina yg akan melatih tentang dasar2 militer, seperti pbb dsb, menurut keterangan, yg akan melatih masih berada dì jobsite, seorang purmawirawan berpangkat kolonel yang direkrut oleh pama, yg bertugas memberikan berbagai pelatìhan kepada seluruh calon karyawan pama, agar mempunyai disiplin yang tinggi, saat sudah bekerja nanti.
I nyoman sunake, seorang purnawirawan TNI, dgn pangkat terakhir kolonel, masih tampak gagah, diusia yg sudah lumayan senja, masih tersisa kegagahan yang terlihat pada dirinya, mulai dari caranya berjalan dan pandangan matanya yg tajam menembus setiap pandangan lawannya. Akhirnya beliau datang, tepat 3 hari sebelum keberangkatan ke pusdikpassus bandung. Persiapan yang singkat memang, namun harus dilakukan.
Tegas, namun penuh perhitungan, itulah kesan yg didapat oleh yanto, dlm menilai sosok mantan kolonel itu, ia mampu membawa aura militer kepada semua siswa calon susbintal itu, tanpa banyak membantah, rupanya masing2 peserta rela diperlakukan sedemikian rupa, seolah mengakui kepemimpinan dan wibawa sang pelatih. Mereka diajarkan dasar2 militer, seperti baris-berbaris dan yang lainnya, yg membutuhkan kekuatan fisik yang prima, hukuman demi hukuman di praktekan dalam setiap kesalahan yg dilakukan, demi semakin memperkuat semangat dan ketabahan yg memang harus selalu ada dalam diri tiap2 siswa.
Jum'at pagi, sehari sebelum keberangkatan, yanto bersiap menuju masjid yg masih berada dalam kawasan tc cileungsi, untuk melaksanakan shalat idul adha berjamaah. Ia telah mematikan perasaannya semenjak tadi malam, kala gema takbir tak berkeputusan saling bersahutan, terdengar sayup namun cukup menggetarkan ruang kalbu yg memang sedang membutuhkan hangat kebersamaan,dan nampaknya hanya bisa ia menangis hati kala dihadapi kenyataan ia berada ditempat yg tidak semestinya. Dan memang kekosongan yg tercipta membuatnya tersadar bahwa apapun yg ia lakukan haruslah mempunyai tujuan, entah itu sesuai keinginannya atau tidak, yg pasti semakin ia meratapi maka semakin jatuh ia ke jurang kehampaan, dan ia tak mau itu terjadi.
Mati sudah perasaan itu, membeku dan menunggu dicairkan kembali. Kini ia merasa jadi bagian robot2 itu, karena semua mematikan juga perasaannya. Saat ini tak mungkin akan terlupakan, pikirnya. Saat dimana yg lain penuh dgn kegembiraan di hari suci, sementara ia bagai seekor burung yg harus tetap berada di dalam sangkarnya yg luas.
Kekhusyukan dalam rangkaian ibadah di hari idul adha itu, lebih merupakan sebuah pengaduan, sebuah ratapan dari seorang yg ingin semuanya menjadi lebih baik, karena memang agar lebih baik nantinya kehidupannya setelah ini.
Perlahan, namun pasti, waktu semakin berjalan, menciptakan efek ketergesaan, kapan ini akan berakhir, namun disisi yg lain, ada sebuah perasaan yg menegangkan, dari seorang yg benar2 tidak tahu apa yg akan terjadi berikutnya. Siangnya, setelah melaksanakan shalat jum'at, kembali fisik harus dibina, matahari yg menyengat, semakin memberikan tambahan beban yg harus diterima, selain rasa seluruh tubuh yg memang sudah tidak karuan akibat keletihan.
Satu hari lagi, dan ini akan dimulai, semakin jelas terlihat jalan di depan sana, semakin tegang semua otot2 di badan, semakin tidak terkira, seperti apa kerinduan yg nanti tercipta, 3 minggu tanpa komunikasi, dan seolah dianggap mati, terlupakan begitu saja, bagai manusia yg memang tidak pernah ada.
Sisa hari itu digunakan oleh yanto untuk berkomunikasi dgn orang yg disayanginya, karena esok, semua hp harus di tinggal, tidak boleh dibawa ke area pusdikpassus. Semoga suara itu dapat menambah kekuatannya dalam menghadapi salah satu ujian di kehidupan ini.
Senja semakin indah, dalam balutan cahaya kuning keemasan, tampak sesekali tanah bagai berkilauan, efek dari air sisa2 hujan yg tersiram sinar yg masih tersisa. Keindahan yg layak dinikmati, andai tidak dlm kondisi seperti ini, namun ia harus tahu, alam tidak pernah meminta pujian, tidak pernah meminta riuh tepuk tangan, hanya untuk keìndahan yg selalu tercipta, karena ia melakukan semua, tidak lebih dari sebuah puji2an, untuk mengabdikan dirinya kepada Dzat tertinggi di alam semesta, dan seharusnya kita semua menyadari itu, karena kita merupakan bagian dari kosmos di jagad raya ini.
160309 0507
By, ςL∂m™