Hari yang dinanti akhirnya tiba juga, pagi itu matahari seolah menyambut mereka dgn sinarnya, membakar semangat ditiap relung jiwa, semangat yg terpaksa hadir, akibat keadaan yg tidak bisa diubah lagi. Kadang ketika seseorang yakin dgn semangatnya yg menggebu, ia akan terperangkap di sebuah tempat yg membutuhkan lebih banyak lagi pengorbanan dari kehidupannya, intinya, bahwa keadaan yg bagaimanapun yg ingin kita raih, akan terasa kurang, kala kita telah berada di titiknya, dan akan terus terulang bagai sebuah garis lingkar yg tidak berkeputusan, dan kita tidak menyadarinya, bahwa kita tidak akan merasa pernah puas dgn apapun yg kita terima, karena hidup memang memerlukannya, tanpa nafsu dan ambisi, bumi ini akan kering dan tak menarik lagi, namun dgn itu pula nanti bumi akan berhenti berotasi, who knows?...
Jadwal kegiatan telah jelas di informasikan, pagi itu, selesai melaksanakan apel, seluruh peserta diminta untuk mengumpulkan semua barang2 yg akan ditinggal, dan hanya membawa yg benar2 diperlukan saja, seperti obat2an dsb, karena segala kebutuhan hidup selama masa pelatihan, telah dipersiapkan oleh pihak pusdikpassus.
Yanto memastikan kembali barang2 yg akan dibawanya, dan semua yg diperlukannya dimasukan ke dalam plastik sisa belanja di alfa, ia pun menitipkan kepada temannya yg membawa tas, jadi 1 tas untuk 3 orang, lebih hemat tempat. Setelah yakin semua beres, yanto berkumpul kembali ke lapangan apel dgn membawa tas nya yg akan ditinggalkan, lumayan memakan waktu sampai semuanya berkumpul dan kembali di bentuk barisan, kali ini menurut asal jobsite. Tersenyum sendiri ia kala melihat kenyataan jobsite asalnya hanya mengirimkan 3 orang saja, benar2 orang2 yg menyedihkan pikirnya dalam hati. Selain tas yg dikumpulkan, mereka juga harus rela sarana komunikasi yg mereka punya jg harus disita, tanpa mau mengambil resiko, yanto terpaksa ikut mengumpulkan hp nya, setelah sebelumnya ia melepas baterainya dan menempatkannya disebuah wadah bersama dgn dua temannya sesuai dgn asal jobsite, agar nanti lebih mudah saat pengambilannya.
Memberi pengertian kepada dirinya sendiri, bahwa kesanggupan terpisahkan dari dunianya nanti adalah lebih dari sekedar cobaan hidup, namun juga merupakan sebuah pembuktian dari ketegaran seorang laki2, yg ingin menunjukan bahwa iapun bisa menjalani semua, tanpa hambatan yg berarti, sebuah ego yg lebih dipengaruhi oleh hormon testosteron, yang biasanya ingin selalu lebih unggul dari lawan jenisnya.
"oke, semua telah rapih, kini hanya tinggal menunggu keberangkatan". Memakai baju yg tak pernah diganti selama beberapa hari ini, karena memang hanya diberi 1 pasang saja, sebuah kaos kuning dan strip biru, juga sebuah celana kaos training berwarna biru tua, sepatu capung putih sebagai pelengkapnya. Rencananya pukul 1 siang nanti mereka diberangkatkan dgn 5 buah bis big bird, cukup mewah memang, namun tetap saja tidak menyenangkan, seolah mengendarai kereta kencana emas dgn tujuan neraka, sebuah parodi sesungguhnya, saat melihat sesuatu dari sudut pandang perasaan yg berbeda, maka yg ditampilkan akan jauh dari semestinya yg akan ditangkap oleh panca indera.
Diatur menurut nomor barak, yanto bergegas mencari tempat duduk di dalam bis nomor 2, melihat posisi mana yg paling nyaman, ia memilih kursi pojok kiri nomor 2 dari belakang. Mengarahkan udara dingin dari atas kepalanya, untuk sejenak mendinginkan tubuh yg mulai kepanasan, terpapar terik diluar sana, pandangan yanto menerawang, menembus unit2 alat2 berat, yg telah uzur diluar sana, dalam lamunannya ia berusaha mencari jalan pulang, namun selalu tersesat seolah tidak diperbolehkan sementara untuk menjenguk keluarganya, walaupun itu hanya sebatas pikiran. Ia pun memilih berbincang dgn teman disampingnya, dan sedikit bergurau tuk sekedar menghilangkan ketegangan yg tercipta. Satu persatu mereka memasukì bisnya masing2, masih menunggu beberapa orang lagi yg belum selesai shalat dzuhur.
Ketika roda itu mulai berputar, yanto memastikan kesadarannya betul2 bersamanya, agar sinkron antara hati dan pikiran, kini ia yakin telah siap dan mengawalinya dgn doa, seiring bis itu mulai merayap, menuju kawah candradimuka. Perlahan namun pasti 3 jam perjalanan yg melelahkan itu akan berakhir disebuah tempat yg ia sendiri belum pernah membayangkannya, saat yg lainnya dapat tertidur kala mereka mulai memasuki tol cikampek, ia pun berusaha untuk terpejam, agar sedikit bisa membuat rileks tubuhnya. Jalan yg sering dilewatinya, untuk pulang kerumahnya dì daerah karawang, ia berkhayal, sang sopir membelokkan arah bisnya ke pintu keluar tol kerawang barat, tuk sekedar mampir kerumahnya, namun ia pun terpaksa kecewa, karena ternyata bis terus berjalan lurus menembus udara kering siang itu menuju bandung.
Jalan mulai berliku-liku dan penuh dgn tanjakan, memastikan bahwa mereka menuju area pegunungan, sebuah dataran tinggi di jawa barat. Langit mulai diselimuti awan mendung, walau jalan masìh kering, namun bau hujan jelas mulai tercium.
Pemandangan yg mulai nampak indah, berbagai kawasan perbukitan yg diselingi oleh areal persawahan, rapi tersusun dari atas kebawah, terasering, tekhnik pengairan yg sempurna untuk daerah seperti ini. Sesekali ia melihat jembatan rel kereta, sebuah konstruksi kuno yg mulai usang, nampaknya telah lelah menyangga besi bergandengan yg merayap diatasnya, tiap beberapa jam sekali. Berbeda mungkin perasaan yg dialami andai kondisinya berlainan sama sekali, mungkin ia akan menyanyikan lagu2 gembira disepanjang jalan, mengiringi indahnya pemandangan sekitar, bagai tamasya yang terkenang kembali dimasa kanak2nya, riang penuh tawa dan canda seolah tanpa beban yg tersandang. Tersenyum miris ia mengenang semua, ternyata menjadi seorang dewasa tidaklah mudah, namun bukan berti susah. Kini ia mulai mengetahui, mengapa kerutan pada wajah orang tuanya mulai bermunculan, sebuah pembuktian dari tubuh yg telah melewati berbagai macam berat kehidupan, sebuah cap kelulusan masih bisa bertahan, dari godaan yg menghadang.
Perjalanan ini seolah memberi kesadaran baru dalam dirinya, seperti kehidupan, harus tetap bergerak dan bertahan, tak bisa berdiam diri menerima perubahan tanpa kita mengikutinya, akan tertinggal jauh dan tersisih jika sedikit saja kita terlambat, menyadari semuanya tampak berbeda dari dirinya. Mungkin kini ia dianugerahi sebuah kerutan baru diwajahnya, seperti orang tuanya, sebuah cap kelulusan dari ujian sebelumnya, dan akan menanti ujian berikutnya, yg sesungguhnya telah disekenariokan dan berada dalam levelnya untuk dapat dilewati, sulit namun bukan berarti tidak bisa, sesuai kadar kualitas dari pribadi masing2 orang, berbeda tergantung tingkat pemahaman dan kedewasaan, ujian yg sama akan menghasilkan hal yg berbeda tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.
Sekitar 6km lagi selepas tol, daerah batujajar bandung, sebuah kawasan yg menjanjikan kualitas, bagi para lulusannya, kawasan yg sudah melegenda, mencetak para prajurit yg membanggakan, apakah pantas seorang pecundang berada disana..? apakah tidak membuang biaya saja dgn mengirimkan mereka? apakah sesuai nanti apa yg di harapkan? apakah tak sia2 semua waktu yg diberikan?. Keraguan demi keraguan semakin membuat pening kepala, semakin dekat semakin tak karuan, terjebak dalam kotak yg berjalan tanpa dapat dihentikan, ingin berontak, malah tenggelam dalam ketegangan.
"Kalau ragu, kembali sekarang juga." sebuah tulisan yg cukup besar, terbaca oleh sebagian besar dari para peserta, sebagai penanda di sebuah papan baliho, bahwa tempat yg dituju tinggal 1km lagi. Aura militer mulai terasa sekarang, saat aliran darah mengalir semakin kencang, mampukah bertahan?
Akhirnya tiba juga ditempat yg dituju, pusdikpassus batujajar bandung. Beberapa anggotanya yg memakai baret merah, menghalangi arus lalu lintas dari arah depan, memberi kesempatan untuk iring2an bis membelok ke kanan, memasuki kawasan tempat pelatihan. Wajah2 bengis itu, tanpa senyuman dan pandangan yg tajam, siap menyambut mereka dgn berbagai teriakan perintah dan makian, semakin memerah wajah yanto saat mempersiapkan dirinya untuk turun dar bis.
Sore yg sejuk, namun tidak menyejukkan, alam yg indah, namun terhalang rapat barisan seragam loreng itu, seolah memberi isyarat, bahwa tidak ada waktu untuk menikmatinya. Sebuah awal yg sangat berkesan, sabtu sore yg tak kan terlupakan, sebuah penyambutan yg dipenuhi oleh teriakan dan bentakan, menyiutkan nyali tiap2 hati. Namun masih ada kekuatan itu, yang membuat ia mampu bertahan, tuk sekedar menghadapi berbagai muka garang itu, masalahnya, dapatkah ia menyadarinya, bahwa ia masìh memiliki tekad itu, semoga.
Bersambung....
160310 2316
By, ςL∂m™
RE: FYI
-
*From:* Grichting Roland
*Sent:* Saturday, August 3, 2024 6:28 PM
*Subject:* FYI
You’ve been picked for a Donation, contact for details
3 bulan yang lalu
weleh weleh baju ijo tentara toh eheh
BalasHapussalam knal om slam :) blom spenuhnya membaca ulasan kisah hidup om slam nanti pasyi mamir lgi deh sklian follow biar g ktgln crt ehhe
thanks atas apresiasinya, dh baca dr part 1 blm, biar utuh ceritanya, maaf blm sempat merampungkan ceritanya, mkn di waktu mendatang jika ada waktu luan, salam kenal
BalasHapus