Senin, 09 November 2009

Baju kuning part 2 (ibu jariku)

Kuputuskan untuk tidak lagi berharap akan mendapatkan panggilan dari tempatku mencari rejeki selama 2 tahun itu, tempat yang keras, saat keringat habis terperas, bukan kiasan jika ada ungkapan keringat sebesar biji jagung, karena aku mengalaminya, bekerja di pabrik itu, dalam 6 menit harus jadi 1 unit, bayangkan dalam sehari bisa berapa ratus mobil yang dapat dihasilkan?
Akhirnya ku berfikir, mungkin memang bukan jodohku tuk bekerja ditempat itu, padahal yg membuat ku suka adalah tempatnya yang tak jauh dari rumah tinggalku, hanya sekìtar 15 menit dgn naik angkot, mungkin hanya 10 menit jika menggunakan motor, padahal pengorbanan yang tidak sedikit kulakukan saat ku masih disana, jadi teringat saat accident itu tiba......

Malam itu, saat dingin mulai mencuri ruang, saat kantuk mulai mengambang, ketika sesaat lagi tiba waktu makan malam, terjadilah hal yang kan ku kenang sepanjang jaman, hal yang sampai kinipun msh bisa kuperlihatkan, bekasnya yg tak kan hilang. Saat itu ku menempati pos baruku, sebelumnya ku memasang rear axle, kini aku assembling front axle, tugasku adalah ngepress bearing axle ke housingnya, mesin press kuoperasikan, dan masih aman kukendalikan, saat komponen housing telah habis, pallet (sejenis rak besi tuk menyimpan komponen2 mobil, bentuknya bermacam2, sesuai dgn komponennya) yang telah kosong ingin ku ganti dengan yg baru, yg msh banyak komponennya tuk segera dipress, tanpa kusadar pallet kosong tersebut msh dalam keadaan tidak terkunci, karena pallet tersebut memiliki 2 tingkat, tingkat yg atas bisa diangkat karena menggunakan sistem engsel mirip pintu, ketika kudorong, palet yg atas langsung menutup jatuh ke bawah, aku lupa memeriksa locknya, ternyata tidak terpasang, akibatnya ibu jariku yang kanan terjepit diantara pallet bagian atas dan yg bawah, saat kejadian itu ku tak merasakan apa2 pada ibu jariku karena kejadiannya yang tiba2, tersadar aku tersentak tak bisa mengeluarkan jariku yang terjepit itu, dalam hatiku panik setengah mati, namun ku masih berusaha untuk menenangkan diriku, ku panggil teman yg paling dekat denganku, namanya wahyu, ialah yg menjadi dewa penolongku waktu itu, ia yang mengangkat pallet bagian atas, sehingga ibu jari ku bebas, setelah terangkat, kulepas sarung tangan katun itu, aku memakainya 2 lapis, nampak warna putih tulang dan tak beberapa lama darah yg sangat deras mengalir dari lubang yang tercipta dipertengahan ibu jariku bagian atas tembus hingga kesamping dalam, kepalaku pening saat itu juga, tak mau kehilangan kesadaran ku berusaha tegar, temanku segera melaporkan hal ini pada mandorku, saat itu aku hanya diberi kapas tuk menutupi lukaku, tangan kanan kuangkat tinggi2 melebihi kepala, tangan kiriku menekan sekeras kerasnya agar darah yg mengalir deras tidak terbuang percuma. Kudilarikan ke ugd sunter medical center tak jauh dari lokasi kerja, kantuk yang sudah tercipta hilang tiba2, ku tak berani melihat ibu jari kananku, yg bisa kulakukan hanya memegang keras luka itu. Perjalanan yang singkat terasa panjang, kejadian yg cepat akan berdampak menyedihkan, ku sempat melamun, bagaimana nasibku kedepan, masihkah ku bisa bekerja membanting tulang. Tiba juga di rumah sakit itu, setelah proses registrasi, ku ditempatkan di ruang ugd, tak tega rasanya saat ku lepas pegangan tanganku akibat diperintah oleh dokter agar bisa ia memeriksanya, "kenapa dikasih kapas mas, kan jd nempel semua, susah membersihkannya" dokter tersebut berkata, ku balas dgn meringis karena hanya itulah yg kubisa saat merasakan sakit yang luar biasa, rasanya seperti diamputasi saja. Jelas sudah terlihat ibu jariku sendiri, yg kini tak kukenali, hancur gepeng hampir tak berbentuk lagi, seperti jahe dipukul besi, ah rasanya sirna sudah masa depanku saat itu, kutakut sekali kehilangan jari itu, tak berani menggerakkannya, ku hanya bìsa pasrah, saat menunggu waktu rontgen tiba untuk menganalisa apa yg harus dilakukan selanjutnya, diruang putih itu aku menunggu dgn pikiran yang menerawang jauh, sayup2 terdengar suara rintihan seseorang, ternyata satu ruangan denganku hanya dibatasi dgn tirai putih, ku sempat melihat pria dgn muka berlumuran darah, hampir tak dapat dikenali apakah itu sebuah wajah, tampak meringis menahan sakit yg hebat, ku sempat menanyakan apa yg terjadi pada temannya yg datang, ternyata ia mengalami accident, saat motor yg di kendarainya menabrak truk container, tak bisa kubayangkan tabrakan yg dahsyat itu, yang menyebabkan mukanya jadi hancur begitu. Ku baru sadar saat itu, kejadian yang aku alami tidak lah seberapa, apa yg menurutku tadinya akhir dunia ternyata masih ada yg lebih parah, cobaan dan masalah yang dihadapi manusia ternyata telah diukur secara akurat oleh sang pencipta, sehingga kita masih dapat menghadapinya. Waktu rontgen akhirnya tiba, berdebar hatiku saat sinar x membus tepat di tanganku, berharap tak lebih dari itu, keringat dingin membasahi tubuhku, ingin semua ini cepat berlalu. Sambil menunggu hasilnya, ku ditemani oleh mandorku, bertanya ia kronologi kejadian yg mengakibatkan ku bisa demikian. Lorong rumah sakit yang gelap, seakan mewakili suasana hatiku kala itu, ketika akhirnya seorang suster cantik yg terlihat sedikit mengantuk mengantarkan hasil rontgen itu, segera ku konsultasikan dengan dokter yang besangkutan, syukurlah tak ada tulang yang patah walau jaringan otot ada yg rusak, dokter pun jadi yakin, tindakan apa yg selanjutnya harus dilakukan, tak lama kemudian kembali kumasuk keruangan, terpikirkan apa yg nanti terjadi membuatku mulai nyeri, saat meja kerja dipersiapkan, jarum, benang, obat penenang, alkohol, kapas dan perban. Meringis ku tak berani melihat saat jarum dan benang menusuk menghujam merekatkan dua daging yg terpisahkan, lama rasanya waktu berjalan, ingin ku segera pulang tuk melupakan ini semua. Akhirnya selesai juga, 9 jahitan tercipta, 2 jahitan dalam yang akan menjadi daging, dan 2 jahitan luar yg bisa dilepas, terbungkus perban putih yang rapih, masih tak berani menggerakan ibu jari tangan kananku dgn bebas, ku keluar dari ruangan putih itu, menuju loket tuk mengurus administrasi dan mengambil beberapa obat yg harus kuminum tuk proses penyembuhanku, beberapa antibiotik yg terbungkus dalam plastik ku bawa serta. Hampir dini hari ku kembali ke tempat kerja, duduk termenung dimushalla yang sempit menunggu saat shubuh tiba, ku coba bertanya, salah dan dosa apa yg membuat ku jd menderita. Ku coba mengadu dalam balutan air suci yang menyatu, tak terasa air mata tanpa rasa malu menetes di atas sajadah itu, saat duka lara tiba2 saja level iman berada di puncak tertingginya. Allah masih sayang kepadaku, karena ia tak membuat aku melupakanNya, sehingga memberi kekuatan kepadaku tuk menghadapi hidup diluar sana. Saat pulang tiba, ku absen di tempat yg biasa, apa yg harus kukatakan pada keluargaku, apakah ku kan menyebabkan mereka sedih.
Hanya 2 hari setelah kejadian itu ku tak masuk kerja, selanjutnya ku kembali melakukan aktivas seperti biasa, walau hanya dengan menggunakan 1 tangan. Sebulan ku berusaha menjadi kidal, dgn melakukan segalanya dgn tangan kiri, sebulan yang sangat berarti, yang menyadarkanku akan kesempurnaan itu. Banyak orang2 yang kurang beruntung yang tak memiliki anggota tubuh yang tak lengkap, alias cacat, namun mereka mempunyai semangat yang tinggi, yang melebihi puncak2 gunung yang menari, mereka tegar melebihi batu karang, tak pernah mereka mengeluh walau dalam hati, gigih dalam hidup demi yang terkasih. Sedang aku, bagai lampu yang mulai redup kehabisan pasokan listrik, kumulai tak mampu memberi penerangan pada hatiku sendiri dan ia mulai meraba raba didalam kegelapan yang mulai tercipta, saat semua yang indah mulai sirna. Tidak ku harus bisa, menggerakan motor semangat itu agar listrik2 dapat menjalar cepat, kembali lampu itu bersinar terang, bahkan lebih dari sebelumnya, agar tak aku saja yang dapat melihat, semua keindahan ini begitu nikmat, tuk dirasakan, disentuh dan diresap. Dalam kesadaran yg telah tercipta ini, hatiku mulai bisa tersenyum kembali, mantap, yakin dapat melewati hari2 yang penuh dengan berbagai macam perangkap, berjalan lurus kedepan menuju harapan impian.
to be continued.....

091109 0024 sl@m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar