Kamis, 12 November 2009

Baju kuning part 3 (kala cinta itu datang)

Setelah kejadian yang tak terlupakan itu, perlahan lahan semuanya kembali kedalam jalurnya, biasa tanpa ada masalah, justru perasaan yang menggelora yang mengisi hari2 didalam jiwa, perasaan yang membuat semua bunga tersenyum, saat didatangi oleh serombongan lebah madu, apalagi kalau bukan cinta, yah memang banyak kenangan indah masa muda terjadi saat aku masih menjadi karyawan perusahaan asembling itu, seakan ia menjadi saksi, saat ku memulai merajut kasih sayang bermahkotakan rindu, semangat, motivasi selalu menggebu, saat kasih terbalas dalam pelukan asmara, berbunga bunga rasanya saat itu, sebuah perasaan yang memang telah lama di idamkan, bagaikan embun penyejuk di tanah yang gersang, hilang dahaga yang selama ini terpelihara, setelah sebelumnya, cinta bertepuk sebelah tangan, mengharap sesuatu yang tak kunjung datang, 3 tahun penantian, 3 tahun penuh dengan penderitaan, cinta pertamaku mengabaikanku, seolah tak perduli ada yang menanti keputusannya, menutup diri akhirnya cinta kupasung, tak kuberi makan lalu mati.
Doa doa kulantuntan bagai lagu kerinduan, sekiranya janganlah hati ini sesunyi sekarang, kosong tanpa penghuni, kering dan sepi, laguku tembus juga menuju langit ke 7, terdengar oleh bidadari yang suci.
Cinta itu datang dengan sendirinya, tanpa di duga tanpa disangka, seolah tau apa yg sedang ku minta, memberikan hari2 selanjutnya menjadi indah.
Sabtu siang, saat ku masih bermandikan peluh,saat baru beberapa bulan ku jadi seorang buruh, bersemangat demi kehidupan keluarga yang lebih baik, maklum aku anak pertama dari 6 bersaudara, ada sedikit rasa tanggung jawab tuk meringankan beban yang ada, sementara dirumah orang tuaku, (sebenarnya rumah kakekku yang dibagi 4 petak dan di huni oleh saudara2 bapakku, secara tekhnis keluargaku msh menumpang di rumah nenek moyang). Ia datang bersama seorang teman lama saat smp dahulu kala, bermaksud berlebaran karena memang suasana masih fitri saat itu, tapi mereka tidak tahu kalau aku masuk kerja, jadi mereka memutuskan untuk menunggu. Lama tak kunjung datang akhirnya mereka pulang, dan akan kembali malam harinya nanti.
Ketika ku pulang sore harinya, kudiceritakan tentang kedatangan ke dua teman lamaku sewaktu smp dulu, dan ia jg mengatakan bahwa mereka akan kembali lagi nt malam. Matahari seolah enggan beranjak dari tempatnya, seolah membuat waktu terasa lama, namun akhìrnya lazuardi itupun tercipta, semburat cahaya ungu kemerahan menjadi pemandangan terakhir dilangit, sebelum tergantikan berjuta bintang yg berseri. Akhirnya ia datang, namun kali ini sendiri tanpa teman ku yang lelaki, saat perjumpaan yg sekian lama, terpesona ku tercipta, betapa tidak, ia telah berubah, dari seorang gadis belia yg sama sekali biasa, kini menjadi seorang wanita anggun yg bisa kusaksikan di tv saja, sungguh ku tak menduga, rambutnya yg panjang menambah daya pikatnya, mau tak mau getaran itu timbul, getaran yg hampir saja membuatku lumpuh tak berdaya, untung ku masih bisa menutupinya. Senyum hangat terkembang, saat jabat tangan yg menegangkan, ku grogi demam meriang, menyadari diriku masih memakai sarung dan baju koko, maklum ia datang sesaat setelah magrib lewat, ku mempersilahkannya duduk, entah ia melihat atau tidak, mukaku lebih berwarna merah dari biasanya, maklum selain emak dan adik perempuanku yg msh anak2, aku jarang menghadapi wanita, yah namanya jg kuper, jomblo yang mulai dari sekolah gak laku laku, wah malu juga yah ko bisa2nya aku ngaku, ya sudahlah itu kan masa lalu. Segera ku pamit sejenak tuk mengganti bajuku, sementara adik perempuanku menyediakan minum untuknya, rasanya sudah semua isi lemari ku acak2, namun ku tak menemukan baju yang tepat, keringat dingin mulai membasahi tubuhku, ya sudahlah kuambil sembarang dari pada ia lama menunggu, kesukaanku kaos berwarna biru, membuatku confidence n nyaman memakainya, sedikit membantu menutupi gejolak yang ku belenggu. Kembali keruang tamu, nampak ia bosan menunggu, maafkan aku yah temanku, ku membuat rasa ini semakin menggetarkanku. Setelah sekian lama bercakap cakap, tentang beberapa hal di masa lalu, diselingi canda kecil yg membuatnya sesekali tertawa, ia tidak tahu bahwa aku masih menahan getaran saat itu, ia lalu mengajakku untuk kerumah temannya sewaktu smea dulu, entah ini tak- tik agar tidak terganggu apa ada sesuatu yang aku tak tahu, dengan bersemangat aku menyetujuinya. Pandangan demi pandangan menusuk mataku, ketika para tetangga melihat ku berjalan dgn seorang wanita, rasa tak percaya membuat mulut2 ternganga, tak menyangka manusia goa akhirnya laku juga, ku hanya bisa menundukan wajahku, seharusnya ku tidak malu, seharusnya ku dapat berjalan dengan gagah, membuktikan kepada mereka semua bahwa aku juga bisa, menjadi pria dewasa walau mereka tidak tahu, semakin kencang getaran itu. Ternyata rumah temannya masih 1 gang dengan rumahku, sekitar 15 menit yang menyenangkan itupun berlalu, sampai sudah dirumah yang dituju, agak gelap, dan rimbun tanaman menghiasi halaman, langsung ku mengucapkan salam, agar tuan rumah berkenan datang keluar. Putih agak kurus dan panjang, temannya temanku membukakan pintu, berpelukan mereka bagai seribu tahun tak jumpa, saat ku diperkenalkan olehnya dgn pandangan meledek, katanya aku ini pacarnya, kontan mukaku merah, ketemu lagi aja baru malam ini sejak lama tak jumpa, masa bisa2nya ku langsung didakwa, apa karena ia melihat kami serasi atau bagaimana.
Duduk ku diruang tamu menikmati hidangan yang ada, sedikit basa basi akhirnya maksud itupun terbaca, ia mengajak kami jalan2 keluar, ke sebuah plaza ramayana yg tak begitu jauh letaknya, tuk sekedar menikmati keramaian yang ada, keramaian yang tercipta di malam para muda. Tak menyangka, ku diapit 2 orang bidadari turun dari langit, mimpi apa ku semalam, belum pernah sama sekali pacaran, belum pernah jalan berdampingan dgn seorang perawan, kini bukan hanya seorang, ku hampir pingsan bukan kepalang, apalagi yang seorang itu, nantinya kan menjadi belahan jiwaku.
to be continued.....

121109 1758 Sl@m

See more stories at, www.slam201080.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar