Jumat, 20 November 2009

Baju kuning part 5 (lamaran, kala banjir datang)

Hidup memang tak dapat di prediksi, terlalu banyak misteri yang terkandung didalamnya, kadang teori kemungkinan pun tak dapat menyusuri jalannya, apalagi hanya seorang manusia yang berdalih mampu melihat masa depan. Sungguh ternyata sebuah kenikmatan tersendiri kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi di depan sana, kita jadi bersemangat tiap harinya, tuk mengejar apa yang ada di dalam impian kita, coba kita telah mengetahui kita akan jadi orang sukses di masa depan, pasti saat ini kita akan bermalas-malasan, dan tak akan melakukan berbagai perjuangan yang begitu bermakna dalam setiap simpang jalan hidup yang kita tempuh. Seandainya kita tahu kita akan gagal di masa depan, tentunya hidup kita saat ini akan terasa hampa, penuh dengan keputusasaan, sesungguhnya kita saat itu hanya menjadi sesosok mayat yang bernafas.Kadang kita merasa penasaran dengan apa yang akan terjadi kemudian, manusia berlomba- lomba menciptakan mesin waktunya masing2, tuk sekedar mengintip seperti apa mereka dimasa depan, juga mungkin akan memaksa kembali ke masa lalu, tuk memperbaiki kesalahan2 yang ada, walaupun itu mustahil karena memang sejarah tak dapat diubah, andaipun bisa, akan berantakan tatanan kehidupan yang telah ada, seperti yang banyak ku saksikan dalam berbagai film, (butterfly effect, misalnya) banyak hal yang bisa dipelajari, satu masalah bisa teratasi, namun hal itu akan membuat masalah yang baru. Jadi teman, nikmatilah hidupmu saat ini, hadapi setiap masalah yang ada, sambil berfìkir, bahwa itu merupakan sebuah proses menuju dewasa, menuju ke kesempurnaan hidup, walaupun tiada sesempurna Dzatnya.Keindahan masa silam yang terekam dalam pikiran. kumencoba tuk menyusun ulang, walau hanya lewat baris kata2, masih jauh dari kenyataan yang ada, karena kadang ada beberapa hal yang tak bisa dijelaskan dengan kata2, sebuah bahasa universal manusia akan sebuah perasaan yang mungkin telinga tak mampu menangkap gelombangnya, sehingga kitapun tak tahu bagaimana menyampaikannya. Hanya saat hati mendekati bersih, hanya saat kita tak mendengar lagi selain sunyi, maka saat itulah kita dapat mengetahui dan mengerti apa yang terjadi.Begitupun dengan hidupku, banyak hal yang terjadi, banyak sudah yang tak kuingat lagi, entah memang telah hilang, atau memang sengaja kuhapus, karena beberapa kenangan terlalu buruk, dan hanya menjadikan batu pemberat saat ku melangkah kedepan.Jakarta, di penghujung tahun 2001, saat semua nampak basah, oleh guyuran air yang tumpah ruah dari atas langit yang berwarna kelabu. Hampir seharian, hujan tak kunjung berhenti, beberapa kawasan di sekitar tempat tinggalku sudah mulai tergenang banjir, bervariasi, dari hanya beberapa inchi, hingga memenuhi seluruh kaki, aku sendiri disibukan oleh kenyataan, bahwa beberapa barang harus segera dipindahkan ditempat yang aman, beberapa perangkat elektronik harus di ungsikan, karena air mulai mengalir mengisi halaman rumahku, begitu cepat, hingga membuat waktupun terasa singkat.Lelah, keringatpun bercampur dengan tetesan air hujan yang masih setia membasahi bumi, sebuah situasi yang membuatku tambah frustasi, manakala sebelumnya, ku sudah tidak berstatus karyawan lagi, bagi seorang laki2 yang sedang menuju kedewasaan, jadi seorang pengangguran adalah hal yang menyakitkan, ketika seharusnya ku bisa membahagiakan ke dua orang tuaku dan keluargaku, ternyata aku malah menjadi seorang pesakitan, yang tak dapat menerima kenyataan, ternyata aku di pecat, yah walaupun bahasa halusnya habis kontrak, tapi yang pasti, aku tidak lagi memakai seragam warna biru itu. Dan kini, rasa frustasi itu makin menjadi, kala harus menghadapi musibah langganan ini. Banjir, tergenang sudah tak menyisakan tempat kering tuk berpijak, terasa makin membesar, telapak kaki yang hampir seharian terendam air,dingin, kesal dan kelaparan, karena kegiatan memasak, praktis tak dapat dilakukan. Beberapa hari dalam keadaan yang demikian membuatku jadi terbiasa hidup dalam keprihatinan, semua serba terbatas, tak ada kemewahan yang menghibur hati.Kehidupan memang bagai roda yang berputar, tak selamanya kita di satu posisi yang sama, panggilan itu datang, panggilan dari sepupu bapakku yang bekerja di PT United Tractors, dgn posisi sebagai serorang sertifikator, telah lama ia bekerja disana, mungkin dari sekitar tahun 1985, ia mengatakan ada lowongan kerja di sana, dengan posisi sebagai mekanik alat berat, jadi kupikir mengapa tidak mencobanya saja, walau ku tahu, perjalanan ke sana, mungkin agak sedikit terhambat, karena banjir yang belum saat.Sisa2 banjir masih terasa, melihat ke kanan dan kiri jalan, masih banyak rumah yang tergenang, pemandangan yang miris kusaksikan dari bis mayasari bhakti P51, jurusan Tanjung Priok- Pulogadung. Kotaku, dengan predikat sebagai ibukota negara, tetapi banyak hal yang membuat jauh dari bangga ku tinggal di dalamnya, salah satunya ya banjir ini, entahlah mungkin memang telah diwariskan dari beberapa generasi sebelumnya, jakarta memang telah ditakdirkan demikian.Kumelanjutkan perjalanan dari terminal Pulogadung dgn naik angkot menuju jalan raya Bekasi kilometer 22, tempat yang akan ku tuju, sebuah perusahaan besar, sebagai distributor alat berat dari beberapa merk, namun yang paling terkenal adalah merk Komatsu, berbagai jenìs tipe dan alat berat, mulai dari excavator hingga dump truck, pelanggannya biasanya para pengusaha tambang diseluruh nusantara, dengan menguasai hampir 50% pangsa pasar alat berat di seluruh Indonesia, menjadikan PT UT, sebagai leader di bidangnya. Berdiri pada, 13 oktober tahun 1972, waktu itu masih bernama, PT Astra Motor Works, dan pemegang saham terbanyaknya adalah PT Astra International Tbk, berlokasi di jalan raya bekasi km 22, PT UT berdiri di lahan seluas 20ha.Tidak sampai 20 menit, dari terminal Pulogadung ku telah tiba di halaman PT UT, sama dengan sekitarnya, tepat di depannya, air masih menggenang, sehingga menyulitkanku tuk masuk kedalam, mencari beberapa pijakan, agar sepatu yang baru saja kucuci tidak kembali kotor. Ku segera melapor, dan menanyakan letak pak Asdi Suwardi, sepupu bapakku itu bekerja, kepada security yang menjaga pos di pintu gerbang sebelah barat, setelah ku menyerahkan ktp ku tuk ditukar dengan kartu visitor, akupun bergegas menuju lobby, tuk menanyakan lebih lanjut kepada receptionis yang jelita, ternyata tempat sepupu bapakku berada dilantai dua, ia tersenyum melihatku, langsung kucium tangannya, sebagai penghormatan kepada saudara yang lebih tua.Setelah menyerahkan surat lamaran yang ku sìmpan rapih dalam amplop coklat besar, ku segera mohon pamit, tak kuduga, ia langsung mengepalkan uang padaku, mang, mang, dalam hati berkata, "dah diberi info lowongan aja aku sudah senang, ini pake di beri uang sekalian" buat ongkos katanya, ku terima saja sambil tersenyum malu, tak lupa ku mengucapkan terima kasih. Mungkin memang di dunia ini telah diciptakan, orang2 yang jika berbuat baik tidak tanggung2, salah satunya ya mamangku, "salam buat keluarga di rumah yah" ia berkata, sesaat sebelum ku meninggalkan ruangannya. Penuh harap dan keinginan tuk secepatnya di panggil dan dapat segera bekerja di perusahaan itu, karena ku sudah tak tahan lagi dengan status ini, padahal baru sebulan lebih ku jadi pengangguran, namun terasa telah setahun menjalaninya, waktu memang menjadi lambat ketika dalam masa penantian, seolah-olah jarum2 itu malas sekali melangkah.to be continued....201109 0639 sl@mSee more stories, at: www.slam201080.blogspot.com

2 komentar:

  1. wah aku jg mau ke sana, tujuannya gedung Bina Pertiwi, jln. Raya Bekasi km 22. dari pulo gadung paling cepet n aman naik apa ya?
    makasih atas infonya?

    BalasHapus
  2. sorry br balas, dari pulo gadung naik apa aja yang ke arah bekasi, pasti lewat sana

    BalasHapus