Minggu, 07 Februari 2010

SECANGKIR KOPI

Secangkir kopi yang masih tersisa, menemaniku sepanjang malam tadi, lamunan dan khayalan tercipta bagai efek halusinasi ataukah sekedar pengasingan diri.
Sadar yang tercipta, meyakinkan diriku, bahwa aku masih menjadi bagian dari alam semesta, bagian dari kosmos yang berputar pada jalurnya.
Rintik hujan sepanjang malam semakin membuat perenungan ini menjadi nyaman, bagai mendengar sebuah orkestra alam, saat berbagai serangga bernyanyi riang. Alangkah harmonisnya dapat sesaat merasakan sajian senandung syukur berjuta kehidupan.
Secangkir kopi yang masih tersisa, sebagiannya telah menyerap dalam darahku, menjadikannya mengalir cepat terpacu oleh pompa yang tak akan berhenti sebelum diperintahkan berhenti.
Secangkir kopi yang masih tersisa, setia menemani saat yang lain telah binasa melawan kefanaan, tersirap oleh kelamnya malam, terbuai oleh mimpi2 indah khayalan dari nyata yang tak mungkin tercipta.
Secangkir kopi yang masih tersisa, meninggalkan genangan hitam santapan para serangga yang mulai berpesta pora, sebuah siklus daur ulang kehidupan, tak ada yang sia2 semua yang diciptakan, saling terkait dan membutuhkan. Kadang kita tak sadar betapa kita tak mungkin berdiri sendiri di alam ini, setiap hal yang rinci walaupun itu virus dan bakteri, pastilah ada manfaatnya.
Secangkir kopi yang tersisa, masih menyisakan semangat yang menggoda tuk tetap menikmatinya, dan tak terasa pagi pun tiba, bergantian serangga dan binatang ada yang datang dan pulang, saling memberi kesempatan untuk sebagian yang lain agar tetap bertahan. Aku pun harus pulang, karena harus menyerap energi kehidupan yang sudah mulai menghilang.
Secangkir kopi yang masih tersisa, sampai bertemu kembali esok malam
070210 1646 sL@m

See more at, www.slam201080.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar