Minggu, 07 Februari 2010

Baju hijau part 6 (akhirnya gundul juga)

Sebuah sympony alam, bersatu, mencoba berinteraksi dengan manusia2 yang memiliki kesadaran, dan menikmatinya sebagai suguhan gratis bagi jiwa2 kerontang, yang membutuhkan makanan alami langsung dari sumbernya. Menenangkan, saat irama tercipta, dari berbagai nyanyian jangkrik dan katak yang saling bersahutan, harmoni indah pelajaran nada2 alam, yang terekam masuk kedalam telinga dan menyenangkan perasaan. Butuh kesabaran menangkap tiap makna, butuh kejelian lebih, agar setiap percakapan dapat di mengerti, sebuah senandung syukur, dari seluruh makhluk, untuk dipersembahkan pada sang Pencipta, Allah SWT.
Hampir setiap jam Yanto terjaga dari alam bawah sadarnya, dipaksa bangun oleh berbagai zat kimia yang bereaksi tidak teratur dalam tubuhnya, metabolisme yang terganggu dari perubahan pola yang drastis, menyebabkan tubuhnya lemah.
Pagi pertama menjelang, menikmatinya dari dalam kamar yang di isi oleh 10 orang dari berbagai asal jobsite, ada 5 ranjang bertingkat di kamar berukuran 5x5 meter itu, terasa sempit memang, namun masih cukup nyaman, ditambah udara pagi yang masuk dari lubang2 ventilasi yang sengaja di buat banyak, agar sirkulasi udara tidak terhambat, dan dengan mudahnya mengisi tiap sela2 jalur pernafasan.
Pagi pertama, nyaris diabaikan, bagai anak tiri yang dilupakan, tak ada panduan, tak ada pemberitahuan harus apa mereka mengisi kegiatan pagi itu. Yanto enggan mandi, air yang terasa dingin membuatnya mengerenyitkan dahi, "cukuplah ku basuh muka ini saja, dan menggosok gigiku, ku memulai pagi ini" pikir Yanto dalam hati. Saat yang dinanti-nanti, sarapan yang di idamkan, saat memasuki ruang kantin yang begitu luas, sanggup menampung seratus lebih manusia, masih tak ada kekakuan aturan yang mengikatnya, Yanto biasa saja memilih menu yang akan disantapnya. Duduk dekat dengan beberapa teman yang baru dikenalnya, Yanto menikmati sarapan paginya dengan santai.
Tiba2 ada suara tegas berbicara, "Mohon perhatian, kepada senior dapat menyesuaikan. Duduk siaaaap... Graak..! Mengawali makan pagi, berdo'a mulai!"
Seketika Yanto menghentikan makannya, entah karena menghormati, entah karena ingin mempelajari berbagai aturan disana.
"Selesai! Istirahat ditempaaaat... graak!" "selamat makaaaan...! Serentak para siswa OM (operator magang) menyahut berbarengan.
Begitulah salah satu aturan makan yang akan menghiasi waktunya kedepan, aturan yang membuat kebersamaan, namun membutuhkan kesabaran, bagaimana tidak, jika kita yang paling pertama mengambil nasi dan siap dimakan, kita harus menunggu meja panjang itu harus terisi penuh dahulu, baru salah seorang berdiri dan memimpin doa seperti tadi, jadi satu baris meja dapat makan bersama, dan jika kita sedang makan, kemudian ada baris meja di sebelah kita sedang disiapkan, kita harus menghentikan makan kita sejenak, dan ikut berdoa kembali, baru boleh makan lagi setelah ada aba2 "istirahat di tempaaat graak!." dan kita menjawab, "lanjutkan!"
Sungguh bertele-tele dan merepotkan, segala aturan yang berbau militer itu. Namun mau tak mau itu akan menjadi bagian dari keseharian hidupnya satu bulan kedepan.
Mencoba menyatukan raga dan pikiran yang ternyata tak semudah membalik telapak tangan, seringnya wajah keluarga yang terbayang, membuat yanto kadang termenung menyesali mengapa ia terperangkap di sini.
Hari pertama dijalani dgn berbagai kegiatan mulai dari apel pagi, juga ada pelajaran di kelas tentang keselamatan. Siangnya, saat yang dinanti telah tiba, mencukur rambut sampai botak, sampai hampir tak tersisa rambut dikepala, seharusnya sdh dari pagi dilaksanakan kegiatan cukur rambut itu, namun berhubung banyak alat cukur yang rusak, jadi baru bisa dilaksanakan pada siang harinya, karena harus diperbaiki dulu.
Gilirannya tiba, yanto telah membuka bajunya sedari tadi, namun gilirannya br tiba setelah mengantri. Bergetar dan hangat terasa kepala yanto saat alat pencukur dgn teganya menghabisi tiap helai di kepala yanto, sempat beberapa kali tersendat karena tebalnya rambut yang harus rela meninggalkan kepala yanto untuk selamanya.
Selesai, tak percaya yanto memegang kepalanya, hilang, semua rambutnya telah hilang, meninggalkan kepala plontos, "bagaimana tampangku kini" ucap yanto dalam hati. Bergegas akhirnya ia berlari ke kamar mandi untuk membersihkan sisa2 rambut yang banyak mempel pada seluruh tubuhnya. Didepan kaca yanto tertegun melihat wajah asing yang dia sendiri tak tahu siapa itu kalau saja ia tak segera tersadar bahwa itu adalah wajahnya kini, lucu, aneh dan unik. Tak dapat dijelaskan dengan kata2. Tertawa sendiri dalam hati, hanya bisa tersenyum tak henti, yanto membasuh diri, mandi sambil menenangkan hati dan pikiran, meyakinkan dirinya bahwa ini adalah masih bagian dari awal, nantinya masih banyak hal yang lebih seru lagi, yang akan membuat pertanyaan dalam hatinya, bisakah ia melewatinya?
070210 0050 sL@m
See more stories at slam 201080.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar