Selasa, 16 Februari 2010

LANGIT UNGU EMAS

Kadang tak kusadari, setiap harinya selalu terjadi.
Perubahan yang indah itu seharusnya membuatku takjub, dan merasa tak berarti, langit yg berubah warna, sungguh meperindah kala senja. Akupun kini mulai ternganga, ternyata sang pencipta memang benar2 kuasa, entah berapa banyak tinta yg dibutuhkan untuk merubah warna putih, menjadi ungu yang indah, bercampur dgn emas sisa bias sinar mentari, kombinasi yg spektakuler, tak tertandingi siapapun jg, dgn langit sebagai kanvasnya, begitu lembut dan menenangkan kala dipandang.
Sinyal alam, bahwa waktunya tiba, bagi serombongan burung gereja yg telah puas mencari makan hari ini, untuk kembali memejamkan matanya, disela2 ranting2 akasia, hangat mereka berkumpul bersama para keluarganya. Sementara aku hanya bisa tersenyum iri melihatnya, karena hanya mampu bertemu suara dgn org yg kucinta.
Alam telah menjelaskan, telah pula menerangkan, tentang keseimbangan, tentang harmonisasi yang tak akan hilang bila kita tidak merusaknya, bila kita mau mengakui, bahwa kita terlalu serakah, mengambil lebih dari yg kita butuhkan sendiri, lihatlah para binatang dan tumbuhan, hanya mengambil apa yg mereka butuhkan, tanpa memikirkan keuntungan. Hal itu juga yg membuatku iri dgn mereka, aku blm mampu menguasai nafsu yg selalu ingin memiliki, nafsu yg selalu tak dapat berhenti, andaì kita tahu bagaimana rasanya bersyukur, mungkin kita kan bersujud selamanya, karena begitu banyak rahmat dan nikmat yg kt terima selama ini.
Dan langitpun kini menghitam, menyisakan warna ungu terakhir di penjuru sebelah barat sana, ketika ku akhiri renunganku sore ini, aku harus kembali kepada tugasku, mencari rizki keluargaku yang melewati ke dua tangan ini, semoga aku bisa menjadi orang yang tetap bersyukur
160210 1930
By, ςL∂m™

Tidak ada komentar:

Posting Komentar