Sabtu, 26 Desember 2009

Baju hijau part 1 (awal yang tidak menyenangkan)

"Kamu berangkat bintalsik yah, nanti tanggal 21 pagi" kata salah seorang gl, sesaat sesampainya di work shop, "berarti besok sore aku harus sudah turun dong bos" Yanto, menanyakan, karena memang mendadak apa yang diinformasikannya tadi. Berarti ini hari terakhir Yanto masuk kerja, kebetulan saat itu ia masuk malam.
"Tidak terlalu mengejutkan bagiku, kalau aku yang diberangkatkan untuk menjalani sebuah program dari perusahaan, karena memang semua karyawan harus di ikut sertakan, dalam suatu pelatihan, yang akan mengajarkan berbagai kedisiplinan dan sebagainya. Apalagi, sebenarnya aku seharusnya sudah berangkat ikut angkatan sebelumnya pada bulan september kemarin, namun karena saat itu berbarengan dengan prediksi kelahiran anakku yang kedua, maka ku meminta ijin, agar keberangkatanku itu ditunda." begitulah kira2, Yanto berkata dalam hati, sebelum ia menyantap makanannya yang dibawanya dari kantìn.
Padahal ada kisah unik tersendiri, saat menanti kehadiran anaknya yang ke dua itu, manusia boleh berencana, tapi, tetap Allah yang menentukan. Saat ia pulang selama hampir dua minggu lebih, tak kunjung juga yang kuharapkan terjadi, tuk mendampingi istrinya bersalin. Malah saat waktunya habis, dan ia harus kembali ke dunia tambang, 2 hari kemudian, anaknya menghirup nafas pertamanya di dunia ini. Senang bercampur sedih, senang karena anak kedua Yanto lahir tak kekurangan suatu apapun, sedih, karena ia tak dapat menyaksikan proses kelahirannya. Untung saja, ia mendapatkan seorang istri yang seteguh batu karang.

Yanto menghabiskan nasi yang dibungkus darì kantin dengan tidak berselera. Ia mulai memikirkan rencana2 yang tiba2 saja berubah, sebenarnya ia akan kembali cuti, diakhir november ini, banyak hal yang akan dilakukan, namun tampaknya, semua itu harus ditunda, sampai semua program ini selesai dilaksanakan. Yanto bekerja malam itu dengan pikiran yang melayang-layang, memikirkan memanfaatkan waktu yang singkat untuk apa dipergunakan, kalau memang jadi hari sabtu pagi ia berangkat,"ku punya waktu hampir 2 hari tuk bersama keluargaku?" ia berkata dalam hatì, karena ia melihat di jadwal programnya br dimulai tanggal 23.
Esok paginya, Yanto mencoba bersikap biasa, pulang dari kerja, ia mencoba terlelap, dan hanya bisa tertidur sampai jam 10 saja. Yanto sebenarnya bingung, "siapa yang harus ku hubungi? untuk sekedar konfirmasi," tanyanya dalam hati, karena semua serba mendadak, ia merasa, mereka2 pada belum siap, dan ternyata memang demikian.
Mencoba menghubungi berbagai pihak yg dinilai berkompeten, namun hanya kebingungan yang didapat, informasi yang simpang siur makin mengesalkan hatinya, seolah ia sebuah bola yang dengan mudahnya di permainkan, ditendang kesana dan kemari, tak banyak yang bisa dilakukan hanya mengumpat dalam hati.
Dua hari yang tertunda, dari rencana yang pertama yang di beritahu padanya, sehingga gagal acara yang seharusnya dapat diselenggarakan, tuk sekedar merayakan keselamatan anaknya yang 40 hari silam telah lahir.
Dalam perjalanan menuju arah kota, diiringi dengan derasnya hujan, yanto mengusap kaca bis di samping kanannya, tuk sekedas memperjelas pandangan ke arah luar sana, rumput yang basah, air yang menetes dari sela2 daun akasia, jalanan yang becek, dan genangan yang sesekali tergilas roda karet yang tak mengenal lelah, berputar, terus saja berputar.
Bus yang serasa laju, seolah rem nya telah blong, membuat setiap orang didalamnya memasang wajah berak, cemas dan penuh harap agar dapat selamat.
Bapak sopir yang memacu bisnya laksana seorang pembalap F1, entah mungkin itu memang cita2nya.
Awal perjalanan yang menegangkan, dari sebuah kisah yang penuh bumbu kehidupan, semua rasa tercampur menjadi satu, cukup untuk membuat dewasa seseorang, semua pengalaman ke depan akan merubah banyak pandangan, walaupun tak akan pernah bisa merubah kepribadian.
Waktu yang ada terasa singkat saat dalam kebersamaan, namun terasa lama saat dalam siksaan, namun yang pasti, waktu akan selalu terus berjalan. Seorang teman berkata, "yang paling jauh dari kita adalah masa lalu, karena sedetik pun telah berlalu, ia tak dapat kembali lagi" jadi temanku semua, hiasilah waktumu dengan perjuangan dan pengorbanan, agar tertoreh indah nantinya di buku kehidupan masing2 orang.
Bersambung.....
Sl@m
See more stories at www.slam201080.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar